Rabu, 20 Januari 2010

Obat Alami Untuk Kesehatan



Setiap manusia ingin hidup sehat sehingga mereka mengkonsumsi vitamin dan obat-obatan (terutama pada keadaan sakit). Jika mengkonsumsi obat dari dokter saya tidak bisa berkomentar karena itu adalah sesuatu yang wajib bila ingin sembuh atau sehat. Seringkali kita mengkonsumsi hal lain yang dipercaya dapat menjadikan hidup lebih sehat seperti obat paten Tiongkok atau tumbuhan obat yang dipercaya membantu penyembuhan. Untuk obat umum dan multivitamin untuk sementara saya tidak bahas.

Tahu tidak mengapa saya sebut obat paten Tiongkok terlebih dahulu baru tumbuhan obat Indonesia yang dipercaya untuk penyembuhan? Obat patent Tiongkok bukanlah obat alternatif karena mereka pasti telah melakukan ujian klinis sehingga dapat dipercaya khasiatnya. Akan tetapi untuk tumbuhan obat Indonesia, digunakan karena dipercaya turun-temurun dan belum teruji secara klinis. Sebagai informasi tumbuhan obat Indonesia adalah yang terlengkap ke-2 di dunia setelah Brazil tapi komoditasnya sangat kecil sekitar 3.6% di dunia, 10% di Asia di bawah Tiongkok.

Siapakah yang perlu disalahkan? Kekayaan alam yang tak pernah dimamfaatkan karena manusia yang tak pernah mau belajar dan mencari sesuatu yang baru. Btw berikut adalah beberapa informasi tentang tumbuhan obat Indonesia dan obat patent terobosan Tiongkok. O yah setiap obat pasti ada aturan penggunaan dan efek sampingnya, tapi untuk saat ini saya hanya menginformasikan khasiatnya saja.

Tumbuhan obat unggulan Indonesia:

* Bratawali (Tinospora crispa miers) memiliki khasiat anti piretik, analgesik, tonikum, obat sakit perut, sakit kuning dan sakit kulit.
* Cabe Jawa (Piper retrofractum vahl) berkhasiat sebagai anti piretik, analgesik, stimulan, diaforetik, karminatif, obat gosok.
* Jati Belanda (Guazuma ulmifolia L) untuk karminatif, obat batuk, encok, asma, pelangsing tubuh.
* Kaki kuda (Cetella asiatica L) untuk diuretik, anti piretik, anti infeksi, anti toksik, obat asma.
* Keji Beling (Sericocalyx crispus L) berkhasiat sebagai diuretik, obat disentri, wasir.
* Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BL) memiliki khasiat diuretik, anti inflamasi, obat batu ginjal dan encok.
* Meniran (Phylanthus niruri L) memiliki khasiat diuretik, anti piretik, anti bakteri, anti hepatotosik, anti diare, obat sariawan mulut.
* Salam (Syzygium polyanthum walp) untuk obat mencret, adstringen
* Sambiloto (Andrographis paniculata nees) khasiat diuretik, anti piretik, anti biotik, anti radang, obat sakit perut, typhus, gatal, kencing manis, kena racun.
* Temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) untuk anti inflamasi, anti hepatotosik, anti radang, obat empedu, sembelit, wasir, diare.

http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://lh3.ggpht.com/_4TkRQTOkb4E/Rtar83uNd3I/AAAAAAAAAV4/o5pXguKVLrM/DSCN3832.JPG&imgrefurl=http://sukrablog.blogspot.com/2008/12/obat-alami-untuk-kesehatan.html&h=1000&w=750&sz=627&tbnid=zyXW9vozVbC3UM:&tbnh=149&tbnw=112&prev=/images%3Fq%3Dgambar%2Bobat%2Balami&hl=id&usg=__9ni0QjNYANgBB_7R-b7fTVrPoRQ=&ei=hP9WS4jgH4r46QOM3K3ODg&sa=X&oi=image_result&resnum=3&ct=image&ved=0CAsQ9QEwAg

Megkudu - Menggali Manfaat Buah Buruk Rupa




Berawal dari tanaman liar, buruk rupa dan beraroma busuk, mengkudu kini naik pamor menjadi bahan pangan, minuman dan obat-obatan herbal alternatif. Bukan kelezatan rasanya, namun karena banyaknya manfaat bagi kesehatan tubuh.

Menurut Jurnal Pacific Science (1949), buah mengkudu (Morinda citrifolia L) diduga berasal dari Indonesia. Tanaman yang juga dikenal dengan sebutan buah Pace atau Noni ini, bentuknya sebesar buah Pir. Berwarna hijau di saat muda dan berubah putih kekuningan jika mulai matang. Ciri lainnya, permukaan kulit buah berbintil dan dipenuhi mata berwarna coklat kehitaman, rasanya sangat asam dengan aroma khas sangat tajam ketika tua dan matang. Tidak disangka, tanaman yang selama ini dikenal sebagai tumbuhan liar, buruk rupa dan berbau busuk, kini berubah menjadi buah “ajaib” yang banyak di cari. Kepopuleran mengkudu tidak terlepas dari hasil riset beberapa penelitian. Hasilnya sungguh di luar dugaan, zat yang terkandung di dalam mengkudu sangat bermanfaat untuk aspek kesehatan.

Manfaat buah mengkudu sudah dikenal manusia sejak 2000 tahun lalu. Penduduk kepulauan Polynesia, Cina dan Indian yang pertama kali memanfaatkan khasiatnya. Selanjutnya pengetahuan ini menyebar ke Australia, Tahiti, Kanada, Malaysia dan akhirnya sampai ke Indonesia.

Di Indonesia, khususnya masyarakat pedesaan sebenarnya sudah mengkonsumsi mengkudu sejak dulu. Masyarakat Jawa mengenal rujak bebek yang salah satu bahannya adalah buah ini, sedangkan dari daun mudanya sebagian orang mengolah menjadi bahan baku sayur atau dimakan mentah sebagai lalapan. Baru pada tahun 1990-an mengkudu semakin dikenal luas. Popularitas mengkudu tidak lepas dari keberhasilan Lembaga Pengkajian Bisnis Pangan Bogor(LPBP), sebuah lembaga peneliti pertama Indonesia yang meneliti manfaat mengkudu bagi kesehatan manusia.

Mengandung Senyawa Berkhasiat Obat

Jika Anda ingin mendapatkan manfaat yang maksimal dari buah mengkudu, konsumsi buah yang sudah tua atau matang, hasil penelitian menunjukan semakin matang maka zat-zat yang bermanfaat semakin bertambah. Diantaranya adanya kandungan senyawa anthraquinone sebagai anti bakteri dan jamur, terpenten berfungsi meremajakan sel tubuh, dammacanthel yang dapat mencegah perkembangan sel kanker dan melawan pertumbuhan sel abnormal pada stadium pra kanker. Buah berkadar air 52% ini juga menyimpan beragam vitamin, diantaranya asam askorbat, asam kaproat, asam kaprik dan asam kaprilat yang mampu menangkal radikal bebas penyebab kanker.

Kepopuleran mengkudu kini semakin mendunia, apalagi setelah Dr Heil Solomon melakukan terapi terhadap 8.000 pasien. Hasilnya sungguh sangat menggembirakan, pemberian sari mengkudu secara kontinyu memberikan korelasi positif terhadap penyembuhan penyakit kanker, jantung, mengontrol hipertensi, gangguan pencernaan, diabetes dan stroke. Selain itu sari mengkudu juga dipercaya dapat meningkatkan daya tahan dan stamina tubuh dan membantu penyembuhan tuberkulosis (TBC). Mengkudu juga kaya akan serat yang baik untuk kesehatan saluran pencernaan. Banyaknya manfaat yang dimiliki buah mengkudu, sangat pantas kalau para ilmuwan menjulukinya sebagai Magic Fruit alias si buah ajaib.

Ragam Produk Mengkudu

Banyak orang yang kurang menyukai aroma mengkudu karena berbau busuk dan berasa asam. Jangan khuatir, saat ini beragam produk hasil olah mengkudu banyak beredar di pasaran. Mulai dari juice buah mengkudu beraneka rasa, tablet mengkudu sampai yang berupa kapsul dengan mudah dapat kita dapatkan. Bahkan tak hanya itu, produk perawatan tubuh dan kosmetika seperti sampo, sabun, body lotion dll juga menggunakan bahan baku mengkudu.

Buat Anda yang suka mengkonsumsi mengkudu segar, tips berikut dapat membantu mengurangi aroma mengkudu yang tidak enak dan rasa asam. Campurkan sari/jus mengkudu yang sudah di saring dengan gula merah atau madu. Simpan di dalam tempat bersih, sejuk dan tertutup rapat selama 2-4 hari, dan jus-pun siap diminum tanpa bau busuk yang menyengat dan rasanya menjadi manis segar. Proses penyimpanan ini akan mengurai asam askorbat, kaproat dan kaprik penyebab bau busuk. Namun perlu diingat, jangan menyimpannya terlalu lama karena akan menyebabkan terbentuknya senyawa alkohol yang memabukan.


http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://myhobbyblogs.com/food/files/2008/02/_mg_0074.JPG&imgrefurl=http://myhobbyblogs.com/food/page/23/&h=1644&w=1340&sz=112&tbnid=VgOGpOn17u3WvM:&tbnh=150&tbnw=122&prev=/images%3Fq%3Dtanaman%2Bobat%2Bherbal&hl=id&usg=__QBd4snENJ_oNAafnPmL9rnf_ZEo=&ei=D_1WS8ueAoH-6QPK5eyjCg&sa=X&oi=image_result&resnum=8&ct=image&ved=0CB4Q9QEwBw

Tanaman Obat Untuk Mengobati Penyakit Kanker




Tanaman Obat Untuk Mengobati Penyakit Kanker, KELADI TIKUS (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) ternyata bisa untuk mengobati penyakit kanker. tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm. tanaman obat ini hanya tumbuh di semak.

Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris K.H. Teo, Dip Agric (M), BSc Agric (Hons) (M), MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan pasien dari Malaysia, Amerika, Inggris, Australia, Selandia Baru, Singapura, dan berbagai negara di dunia.

Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut. ‘Sebelum menjalani kemoterapi, dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan, ‘jelas Patoppoi.

Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobatikanker. ‘Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysia untuk membeli teh tersebut, ‘ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah toko obat di Malaysia, secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996. ‘Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut. Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi, tapi langsung pulang ke Indonesia ,’ kenang Patoppoi sambil tersenyum.

Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu. Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat, familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata, mereka menemukan tanaman itu di sana.

Setelah mendapatkan tanaman tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu. Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. ‘Dr Teo mengatakan agar tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat, ‘lanjut Patoppoi.

Akhirnya, dengan tekad bulat dan do’a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku tersebut untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya, Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman tersebut. ‘Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari dipinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut tumbuh liar dipinggir sungai,’ kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.

Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. ‘Bahkan nafsu makan ibu saya pun kembali normal, ‘ lanjut Boni. Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani pemeriksaan kankernya. ‘Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta,’ kata Patoppoi.

Para dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada isterinya. ‘Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan dosis kemoterapi kepada kami,’ lanjut Patoppoi. Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokterpun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidakmengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali diundur menjadi enam bulan sekali.’ Tetapi karena sesuatu hal, paradokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan tanaman sebagai pengobatan alternatif,’ sambung Boni sambil tertawa.

Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi Dr.Teo melalui fax untukmenginformasikan bahwa tanaman tersebut banyak terdapat di Jawa dan mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia. Kemudian Dr .. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh,’ sambung Patoppoi.

Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha nyata membantu penderita kanker di Indonesia. Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai meninggalnya Wing Wir yanto, salah satu wartawan handal JawaPos, Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala, penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut. ‘Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,’ ujar Boni. Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari, bisa sekitar 30 telepon yang masuk. ‘Sampai saat ini, sudah ada sekitar300 orang yang datang ke sini,’ lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani,Buduran Sidoarjo.

Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahimstadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi. Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku dijual untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos. Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi, karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.

Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan DirekturJenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno, Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang, Malaysia. Di kantor Pusat Cancer Care Penang, Malaysia, Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia ..

Ternyata saat Patoppoi mendapat buku ‘Cancer, Yet They Live’ edisirevisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut, serta pengalaman isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. Dari pembicaraan mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya. Maka secara resmi, Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer Care Indonesia, yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care, yaitu di Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta Timur, telp. 021-4894754, 4894786, 4897686 dan di Buduran, Sidoarjo.

Cancer Care Malaysia telah mengembangkan bentuk pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi ekstrak Keladi Tikus dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai tananaman lainnya dengan dosis tertentu. ‘Dosis yang diperlukan tergantung penyakit yang diderita,’ kata Boni. Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui fax ke Dr. Teo. ‘Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami fax-kan. Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia, sekitar 40-60 RinggitMalaysia ,’ lanjut Boni.’ Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik keuntungan, malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan waktu pembayaran. ‘ tambahnya.

Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker ginjal. Ada dua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabaya ini. Pasien pertama yang mengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladi tikus, karena telah ditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah. Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untuk membantu proses penyembuhan kemoterapi. Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi dokter ini menolak untuk diekspos karena menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia ..

Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai pengobatan alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai ‘ter-kun’ atau dokter-dukun. ‘Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan modern, ‘kata dokter tersebut. Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan sabu-sabu di Surabaya, yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III, pasien tersebut mengkonsumsi pil dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari peredaran darah penderita dan mengatasi ketergantungan pada narkoba tersebut. ‘Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus, dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbul resistensi. Jadi jangan seperti kebo, habis mandi berkubang lagi, ’sambung Boni sambil tertawa.

Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan. Menurut data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker payudara, paru-paru, usus besar-rectum, liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa,leukemia, empedu, pankreas,dan hepatitis. Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran Ringgit Malaysia selama 5 tahun dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan.

http://obatkanker.net/obat-kanker-herbal/tanaman-obat-untuk-mengobati-penyakit-kanker.html

Sabtu, 09 Januari 2010

Kunyit Hitam


Kunyit Hitam



Local Name: Black Tumeric



Scientific Name: Curcuma Caesia



Others Name: Kali haldi(india), kunyit hitam, black zedoary



Family: zingiberaceae
Scientific Classification



Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Order : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Subfamily: Zingiberoideae

Tribe : Zingibereae

Genus : Curcuma







Introduction



Kunyit hitam is rarely found and has high medication value. Some believes that kunyit hitam has mystic value. In India, it is planted commercially because of its medication value.



Uses

It is used to treat leprosy and it is said can lengthen the age.

Sambung Nyawa


SAMBUNG NYAWA



Scientific Name : Gynura sarmentosa DC, Calacia procumbens Lour.



Other Names : Dawn Dewa, Leaves of the Gods, Googoolipid, Mallucan spinach, Sambung Nyawa, Daun Dewa, Am Akar, Akar sebiak, dan Kelemai merah, bai bing coa, ngokilo (Jawa), beluntas cina (Melayu), she juan jao @ fujung jao (Cina)



Family : Asteraceae





Introduction



Sambung Nyawa is an annual plant type that abundantly used in South-east Asia countries such as Malaysia, Indonesia and Thailand. However it is originated from Myanmar and China. It can live with the height of 1 until 500 meters from the sea levels. It easily breeds through stem and easily grows in shady area, with 40-50% rate of light intensity, air temperature between 20-30 °C and has medium humidity with annual rain fall between 1500-2500mm..It grows vertically, or sometimes the edge collapses and comes out root, wet stem, branches, purplish in color. Can reach 6 meters height and pleasant smell. Single leaf, quite thick, easily brake, has branches. The leaf is egg rounded shape, the edge is end and base pointed, serrated edge, bone fining, colored light green. The flower is orange yellow, it rarely flowering.



Planting and Breeding



Besides surroundings factor, sabung nyawa plant needs fertile soil, and can stands water. The best pH is around 5.5-7.It breeds through stem. It needs much water, but not really wet and sump.



Chemical Contents and Pharmacology Effects



Chemical contents of sambung nyawa leaf are flavonoid (7, 3, 4 trihidroksi-flavon), glycoside kuersetin, fenoleat acid (from kafeat acid, penta kumarat, penta-hidroksi benzoate and vanilat acid) triterpenoid, alkaloid, saponin and tannin.



This plant is cold and neutral. The benefits are antineoplastik, lower warm body, cure lymph disease, kidney disease, skin disease, decrease the blood pressure, lower the blood glucose, antimicrobial, anticarsinogenic, sitotoxic towards cancer cells, hypertensive, stroke, heart disease, high cholesterol, diabetes, disruption toss, fed up vocal cord, fed up scruff, cough and sinusitis.



Uses and Benefits



Sambung Nyawa can reduce the cholesterol rate and decrease the high blood pressure. In Malaysia it also used to cure constipation, diabetes and cancer. It also used to treat to treat kidney problems. Usually it is eaten fresh. This plant stem commonly used to release fever.



It is also used in medication for for kidney failure, dysentery, throat infection. Besides that, it can be used to stop the bleeding, overcome menstrual cycle problems, improve the kidney function, for animal bite. The corm is used to remove haematom, swelling and brake bone.



Ways to use

For drinking medicine, braise 7-12 fresh leaves, While for external use, grind the fresh leaf and paste at the pain place.

Hempedu Bumi


HEMPEDU BUMI



Scientific Name : Andrographis Paniculata (Bum. f.) wall.ex Nees



Other names : Hempedu tanah, akar cerita, pokok cerita (Malaysia), king of bitter, creat, green chireta (Inggeris), kalmegh (India), Kirta (Sanskrit), Chuan xin lian, Yi jian xi, Lan he lian (China), Sambiloto (Indonesia)



Famili : Acanthaceae



Location found : Malaysia, Thailand, India, Indonesia







Introduction

Hempedu Bumi plant is also known by local as akar cerita. Hempedu Bumi plant abundantly found in China , India, Thailand and Malay island. Could be easily found at the peat soil. Hempedu Bumi is a herbal plant that grows vertically. This seasonal herbaceous plant can grow until 70-90 cm heights. The upper part of the leaf is dark green in color while the lower part is light green in color, smooth and arranged. The leaf also oval in shape. The stem is green and has many branches.



Harvest Product



1. Plant maturity : 2 months

2. Method to pick product : The part of the plant on the soil is harvested manually before the plant starts flowering. Picking process is done after 1.5-2 months.



Uses and Benefits



Hempedu Bumi leaf can used as the remedy to lower the high blood pressure pressure, besides to cure diabetes, antiinflammation, antibacterial, antivirus, relieve fever and as the phlegm liquefier. It is also used to improve defecation, destroy the worms in digestive system and fasten the blood clotting.

The method to made it as the medicine is by braising the leaf to drink the water. The leaf can cure wound by grinding it and paste it at the wound. Chemical substances in the leaf can brake down the fat molecules that present at the blocked bloodstream that cause the blood pressure to increase. The braised leaf water that has bitter taste trigger it to brake down the lipids molecules.

However, the taste does not attract most of Malaysians. They are more interested to sweet and salty tastes. The excess of sweet and salty can lead to severe diseases but if we balance the tastes is much better for health. This plant also suitable for insects bites. The easiest method is take a few of the leaves and crush them. After that, rub them at the bitten place.

Hempedu Bumi is more popular in treating high blood pressure and fever. The usual method is take a few leaves and clean them. Then, immerse the leaves in warm water and wait until it becomes lukewarm. After that, drink the water. It is quite bitter, especially for those who first time drink the water. Bear in mind, drink once per day

Mahkota Dewa


Scientific Name : Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl

District Names : Mahkota Dewa (Jawa), Simalakama (Sumatra)

References : Atlas Tumbuhan Obat Indonesia-Jilid 3 (Dr.Setiawan Dalimartha), 13 Jenis

Tanaman Obat Ampuh (B.Mahendra), Tumbuhan Obat & Khasiatnya-Jilid 2

(Drs.H.Arief Hariana), Mahkota Dewa (Ir.W.P.Winarto & Tim Karyaseri).









Classification of Mahkota Dewa





Division
Spermathophyta

Subdivision
Angiospermae

Class
Dicotyledoneae

Order
Thymelaeales

Tribe
Thymelaeaceae

Genus
Phaleria

Species
Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl @ Phaleria Papuana Warb Var.Wichnnii (val) Back




Description of Plant :



Mahkota dewa is a plant that grows throughout the year, it can reach the height of 3-4m. Its sappy stem with brown greenish bark, white stem in color and taproots.



Leaf :



The leaf has oval, thin, long and sharp edge , flat smooth and non furry surface



Flower :



The flower is small, white in color and has pleasant smell. It looks like clover.



Fruit :



Mahkota dewa fruit comprises skin, flesh,….and seeds. The fruit is round in shape, has diameter of 3-5cm, smooth surface, drill, green in color when young and red when ripening. The flesh is white, fibrous and watery.



Flesh :



It is the most beneficial component of the fruit, which commonly used in medication



Seed :



The most poisonous part. It has oval in shape, and the diameter is about 1cm and has brown in color. The inner part is white in color.



Chemical Contents :



Leaf :contains antihistamin, alkaloid, saponin & polifenol (lignin)
The fruit skin : contains alkaloid, saponin & flavonoid.
Fruit : alkanoid, tanin, flavonoid, fenol, saponin, lignin, asiri oil & sterol


Characteristics & Benefits :



The fruit skin and flesh : cure dysentery ,psoriasis and acne.
Leaf and seed :cure various types of skin pain such as eczema, hepatotoxic & antibody.
Fruit : antitumour, antidysentry, antiinsecta, cure eczema, hepatotoxic & antibody.


* The new lignin component in mahkota dewa flesh extract has the molecule of C6 H2O O6 and structure of 5-{4(-menthoxy-phenyl-tetrahydrofuro-[3,4-c]furan-1-yl)-benzene-1,2,3-triol.



Healing capabilities of Mahkota Dewa



cancer & tumor

Eczema (skin disease)

Diabetes mellitus

Hypertensive (High blood pressure)

Hepatitis

Rheumatic (joints paint)

Gout Arthritis

Heart disease

Kidney failure



Notes

-The fruit especially its seed is poisonous, it has to be braised before eaten.

-Pregnant women is prohibited to drink this processed plant.

Obat Tradisional dan Tanaman Obat di Indonesia

Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang. Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti cerita Sudamala, dikisahkan bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang buta. Demikian pula relief cerita Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan seorang anak kecil yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib. Salah satu relief lainnya, juga memperlihatkan kegiatan seorang tabib sedang meracik obat.
Indonesia dan Obat Tradisional

Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang.

Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti cerita Sudamala, dikisahkan bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang buta. Demikian pula relief cerita Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan seorang anak kecil yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib. Salah satu relief lainnya, juga memperlihatkan kegiatan seorang tabib sedang meracik obat.

Demikian pula dalam tradisi Melayu, ditemukan naskah-naskah yang menyajikan resep obat-obatan. Naskah-naskah itu, antara lain memuat berbagai jamusawan, jamu sorong, jamu untuk ibu hamil dan melahirkan, obat sakit mata,obat sakit pinggang, hingga obat penambah nafsu makan. Peralihan dari zaman Hindu-Budha ke zaman Islam, telah memperkaya khazanah tradisi pengobatan dalam masyarakat kita. Berbagai buku kedokteran Islam yang ditulis dalam bahasa Arab dan Persia, telah diterjemahkan baik ke dalam bahasa Jawa maupun bahasa Melayu.Semua ini berlangsung tanpa terputus, sampai bangsa kita mengenal ilmu kedokteran dari Eropa pada zaman penjajahan.

Di tengah-tengah serbuan obat-obatan modern, jamu dan ramuan tradisional tetap menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat kita. Tidak hanya masyarakat di pedesaan, masyarakat di perkotaan pun mulai mengkonsumsi obat-obatan tradisional ini. Diberbagai pelosok tanah air, dengan mudah kita menjumpai para penjual jamu gendong berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman sehat dan menyegarkan. Demikian pula, kios-kios jamu tersebar merata di seluruh penjuru tanah air. Jamu dan obat-obatan tradisional, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita.

Keragaman obat-obatan tradisional di tanah air, telah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dan kesehatan bangsa kita. Negara kita menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Ribuan jenis tumbuhan tropis, tumbuh subur di seluruh pelosok negeri. Belum semua jenis tanaman itu kita ketahui manfaat dan khasiatnya. Kita hanya berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan semua jenis tumbuhan itu, pastilah tidak sia-sia. Semua itu pasti ada manfaatnya. Olehkarena itu, perlu dilakukan konservasi sumber daya alam, agar jangan ada jenis tanaman yang punah. Kebakaran hutan bukan saja memusnahkan satwa dan fauna, tetapi juga menimbulkan polusi dan meningkatkan suhu pemanasan global.

Jamu dan obat tradisional, sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal. Produksi jamu dan obat-obatan tradisional lebih banyak diproduksi oleh homeindustry. Hanya sebagian kecil jamu dan obat-obatan tradisional yang diproduksi secara masal melalui industri jamu dan obat tradisional di pabrik-pabrik. Untuk meningkatkan kualitas, mutu, dan produk jamu serta obat-obatan yang dihasilkan oleh masyarakat kita, diperlukan kerjasama seluruh pihak yang terkait.Kerjasama itu dimaksudkan agar jamu dan obat tradisional yang dihasilkan dapat bersaing, baik di pasar regional maupun global.

Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak terdaftar di Badan Pengawasan Obatdan Makanan, akan merugikan konsumen. Di samping itu, secara ekonomi, beredarnya obat-obatan seperti itu justru akan merusak citra obat tradisional. Citra yang rusak akhirnya akan memukul produksi dan pemasaran obat-obatan tradisional, di dalam maupun di luar negeri. Pemerintah, terus berupaya melakukan pengawasan demi meningkatkan keamanan, mutu, dan manfaat obat tradisional. Hal ini dilakukan agar masyarakat terlindung dari obat tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

Melalui penelitian dan pengembangan yang cermat dan teliti, jamu dan obat-obatan tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Memang harus kita akui, bahwa para dokter dan apoteker, hingga saat ini masih belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya, pemasaran produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detailer seperti pada obat modern.

Akhir-akhir ini, tampak adanya trend hidup sehat pada masyarakat untuk menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, jamu dan obat-obatan tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan. Jamudan obat-obatan tradisional harus didorong pula untuk menjadi komoditi unggulan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kegiatan itu juga memberikan peluang kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan.

Disarikan dari Sambutan Pembukaan Musyawarah Nasional ke-5 Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.


Penggolongan Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian ( galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.


1.Jamu (Empirical based herbalmedicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur . Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun.


2.Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengant enaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikutis tandar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akutmaupun kronis.


3.Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarati lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.


Mengenal Tanaman Obat Keluarga

Pengertian TOGA

Toga adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Tanaman obat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat , khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Pemanfaatan Tanaman Obat

Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari sejak itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan alam bagi kehidupannya, termasuk keperluan obat-obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat.

Pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk pengobatan gangguan kesehatan keluarga menurut gejala umum adalah:


1.Demam panas
2.Batuk
3.Sakit perut
4.Gatal-gatal


Jenis-jenis Tanaman Untuk TOGA

Jenis tanaman yang harus dibudidayakan untuk tanaman obat keluarga adalah jenis-jenis tanaman yang memenuhi kriteria sebagai berikut:


1.Jenis tanaman disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman obat.
2.Jenis tanaman yang lazim digunakan sebagai obat didaerah pemukiman.
3.Jenis tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan baik di daerah pemukiman.
4.Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain misalnya: buah-buahan dan bumbu masak
5.Jenis tanaman yang hampir punah
6.Jenis tanaman yang masih liar
7.Jenis tanaman obat yang disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman adalah tanaman yang sudah lazim di tanam di pekarangan rumah atau tumbuh di daerah pemukiman.


Fungsi Toga

Salah satu fungsi Toga adalah sebagai sarana untuk mendekatkan tanaman obat kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara lain meliputi:


1.Upaya preventif (pencegahan)
2.Upaya promotif (meniungkatkan derajat kesehatan)
3.Upaya kuratif (penyembuhan penyakit)


Selain fungsi diatas ada juga fungsi lainnya yaitu:


1.Sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak tanaman obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-sayuran misalnya lobak, saledri, pepaya dan lain-lain.
2.Sarana untuk pelestarian alam.
3.Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti dengan upaya-upaya pembudidayaannya kembali, maka sumber bahan obat alam itu terutama tumbuh-tumbuhan akan mengalami kepunahan.
4.Sarana penyebaran gerakan penghijauan.
5.Untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini mengalami penggundulan, dapat dianjurkan penyebarluasan penanaman tanaman obat yang berbentuk pohon-pahon misalnya pohon asam, pohon kedaung, pohon trengguli dan lain-lain.
6.Sarana untuk pemertaan pendapatan.
7.Toga disamping berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan bahan obat bagi keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber penghasilan bagi keluarga tersebut.
8.Sarana keindahan.


Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik maka hal ini akan menghasilkan keindahan bagi orang/masyarakat yang ada disekitarnya. Untuk menghasilkan keindahan diperlukan perawatan terhadap tanaman yang di tanam terutama yang ditanam di pekarangan rumah.


PETUNJUK PENGGUNAAN TANAMAN OBAT

Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga hasil pengobatan yang maksima. Bacalah dengan seksama semua petunjuk seputar timbuhan obat di bawah ini.


1.A. WAKTU PENGUMPULAN

Guna mendapatkan bahan yang terbaik dari tumbuhan obat, perlu diperhatikan saat-saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat.



Berikut ini pedoman waktu pengumpulan bahan obat secara umum.


◦Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak.
◦Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
◦Buah dipetik dalam keadaan masak.
◦Biji dikumpulkan dari buah yan g masak sempurna.
◦Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) dikumpulkan sewaktu proses tumbuhan berhenti.



2.PENCUCIAN DAN PENGERINGAN

Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian yang bahan segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk disimpan dan digunakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mengcegah pembusukan oleh cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan dapat disimpan lebih lama dalam stoples atau wadah yang tertutup rapat. Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.

Berikut ini cara mengeringkan bahan obat :


◦Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotong-potong seperlunya terlebih dahulu.
◦Pengeringan bisa langsung dibawah sinar matahari, atau memakai pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan yang tidak terlalu cepat.
◦Pengeringan bisa juga dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan ditempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik.



3.SIFAT DAN CITA RASA

Didalam Traditional Chinese Pharmacology dikenal 4 macam sifat dan 5 macam cira rasa tumbuhan obat, yang merupakan bagian dari cara pengobatan tradisional timur. Adapun keempat macam sifat tumbuhan obat itu ialah dingin, panas, hangat, dan sejuk. Tumbuhan obat yang sifatnya panas dan hangat dipakai untuk pengobatan sindroma dingin, seperti pasien yang takut dingin, tangan dan kaki dingin, lidah pucat atau nadi lambat. Tumbuhan obat yang bersifat dingin dan sejuk digunakan untuk pengobatan sindroma panas, seperti demam, rasa haus, warna kencing kuning tua, lidah merah atau denyut nadi cepat.

Lima macam cita rasa dari tumbuhan obat ialah pedas, manis, asam, pahit, dan asin. Cita rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan dengan organ tubuh, juga mempunyai khasiat dan kegunaan tersendiri. Misalnya rasa pedas mempunyai sifat menyebar dan merangsang. Rasa manis berkhasiat tonik dan menyejukan. Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan pengelat. Rasa pahit dapat mengilangkan panas dan lembab. Sementara rasa asin melunakkan dan sebagai pencahar. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan cita rasa yang keenam, yaitu netral atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh kencing.



4.CARA MEREBUS RAMUAN OBAT

Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik, atau panic email,. Pot keramik dapat dibeli di took obat tradisional Tionghoa. Panic dari besi, alumunium atau kuningan sebaiknya tidak digunakan untuk merebus. Hal ini diingatkan karena bahan tersebut dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun atau menimbulkan efek samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat.

Gunakan air yang bersih untuk merebus. Sebaiknya digunakan air tawar, kecuali ditentukan lain. Cara merebus bahan sebagai berikut. Bahan dimasukkan ke dalam pot tanah. Masukkan air sampai bahan terendam seluruhnya dan permukaan air sekitar 30 mm diatasnya. Perebusan dimulai bila air telah meresap kedalam bahan ramuan obat.

Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila nyala api tidak ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar sampai airnya mendidih. Selanjutnya api dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap atau terlalu cepat kering. Meski demikian, adakalanya api besar dan api kecil digunakan sendiri-sendiri sewaktu merebus baha obat. Sebagai contoh, obat yang berkhasiat tonik umumnya direbus dengan api kecil sehingga zat berkhasiatnya dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan. Demikian pula tumbuhan obat yang mengandung racun perlu direbus dengan api yang kecil dalam waktu yang agak lama, sekitar 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya. Nyala api yang besar digunakan untuk ramuan obat yang dimaksudkan agar pendidihan menjadi cepat dan penguapan berlebih dari zat yang merupakan komponen aktif tumbuhan dapat dicegah.



5.WAKTU MINUM OBAT

Bila tidak terdapat petunjuk pemakaian, biasanya obat diminum sebelum makan kecuali obat tersebut merangsang lambung maka diminum setelah makan. Obat berkhasiat tonik diminum sewaktu perut kosong, dan obat berkhasiat sedative diminum sewaktu ingin tidur. Pada penyakit kronis diminum sesuai jadwal secara teratur. Rebusan obat bisa diminum sesering mungkin sesuai kebutuhan atau diminum sebagai pengganti teh.



6.CARA MINUM OBAT

Obat biasanya diminum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2-3 kali minum. Umumnya diminum selagi hangat, terutama untuk pengobatan sindroma luar. Setelah minum obat, pakailah baju tebal atau tidur berselimut supaya tubuh tetap hangat dan mudah mengeluarkan keringat.

Untuk pengobatan sindroma panas, obat diminum dalam keadaan dingin. Sebaliknya untuk pengobatan sindroma dingin obat diminum dalam keadaan hangat. Obat yang sedikit toksik, diminum sedikit demi sedikit tetapi sering. Tambahkan dosisnya secara bertahap sehingga efek pengobatan tercapai.



7.LAMA PENGOBATAN

Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak lambat, namun sifatnya konstruktif atau membangun. Hal ini berbeda dengan obat kimiawi yang hasil pengobatannya terlihat cepat namun destruktif. Oleh karena itu, obat yang berasal dari tumbuhan tidak dianjurkan penggunaannya untuk penyakit-penyakit infeksi akut. Tumbuhan obat lebih diutamakan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimiawi, atau memerlukan kombinasi antara obat kimiawi dengan obat dari tumbuhan berkhasiat.